Kategori: Konvensional

Cewek Billyard
Ini adalah cerita nyata yang terjadi sekitar 7 tahun lalu. Penulis menyamarkan nama karakter dan tempat. Penulis memperkenalkan diri sebagai Hans, pria lajang dengan tinggi 172 cm dan berat 68 kg, yang mandiri sejak usia 20 tahun. Dia kuliah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Suatu malam, setelah kuliah, dia pergi ke tempat nongkrong di gang Bangau, Senen. Teman-temannya menanyakan rencananya malam itu dan menjelaskan bahwa si Franki mengajak bermain bilyard.

Bercinta Dengan Wanita Hamil
Aku adalah seorang eksekutif muda bernama Aldi yang baru diangkat menjadi manajer di sebuah perusahaan di Surabaya. Kisah ini terjadi hampir setahun lalu, saat aku berusia 30 tahun dan sudah berkeluarga dengan dua anak. Setelah pulang kerja lembur sekitar pukul 11:00 malam, aku melihat seorang perempuan setengah baya berdiri di pinggir jalan. Aku menghampirinya dan bertanya kenapa ia menunggu. Dia terlihat curiga namun tersenyum. Dia bertanya tentang angkot, dan aku menawarkan untuk mengantarnya.

Anugrah Tak Terduga
Semasa SMU, penulis dikenal sebagai kutu buku yang bercita-cita tinggi, tidak pandai bermain basket, merasa minder dengan cewek, dan tidak punya pacar. Saat reuni sepuluh tahun kemudian, teman-temannya tampak seperti suami yang tertekan, sementara penulis memiliki pengalaman seks berkesan. Pengalaman pertamanya dimulai saat ayahnya pindah tugas, dan ia diminta untuk tetap di sekolah demi undangan dari Perguruan Tinggi Negeri. Ia tinggal di rumah teman sekelasnya, Budi, dan menghabiskan waktu sendirian saat keluarga Budi pergi ke pesta.

Kisah di Akhir Tahun 02
Kota X, 28 Desember 2000, pukul 04. 15 pagi. Ray menghisap rokok dan Mitha melihat langit yang mulai cerah. Mereka melewati beberapa pencari kayu bakar yang harus menggeser sepeda mereka. Mitha bertanya apakah banyak cowok oportunis di dunia. Ray merasa pertanyaan itu sulit, dan berpikir tentang sifat pria yang terkadang lebih dipandu nafsu daripada perasaan. Mitha mengingat masa lalu dan merasakan kesedihan saat melihat Gara berupaya menutupi hidung dan mulutnya, mengingat usahanya berani seperti Gara beberapa tahun lalu.

Kisah Amanda
Awan terus berganti bentuk seiring dengan panas dari matahari, yang mengubah warna awan. Amanda berdiri di depan pintu rumah yang menyimpan banyak kenangan. Dia memilih untuk mengisi tasnya dengan barang-barang yang bisa dibawa, berusaha melepaskan kenangan yang ada. Namun, tasnya terasa ringan tanpa beban. Saat langit berubah merah dan sunset di pantai Kuta tampak di balik hotel, angin yang biasa dia nikmati kini terasa menyakitkan. Angin itu menyebabkan perih di hati Amanda, mengingatkan pada akhir dari hubungan mereka yang telah berjalan selama dua tahun.

Letter From My Friend
Surabaya, 14 Desember 2000 Kepada sahabatku, Halo sobat, setelah sekian lama, aku menulis surat ini. Maaf jika aku terbuai mimpi indah. Hari ini aku ingin bercerita. Aku lebih suka menulis surat daripada telepon, dan aku tidak ingin mendengar ocehanmu. Aku menangis sepuasnya bukan karena ujianku yang jelek atau kemarahan Papa, tapi karena cintaku pergi. Masih ingat Raja? Dia membuatku tertawa dan menghiburku saat aku sedih. Raja adalah orang yang membangkitkanku dari kesedihan setelah diputuskan.

Cinta Abadi
Enam bulan setelah Ngatinah pergi, hidupku menjadi sepi. Bahkan kopi yang kubuat terasa kecut. Angin panas di depan rumah membuatku merasa tidak nyaman. Anak-anak yang berada di negeri Jiran tidak pernah mengingat kita, hanya mengirim wesel. Aku keluar rumah, menatap halaman yang dipenuhi daun dan merasakan angin panas. Aku duduk di teras, mengenang momen bersamaku dengan Ngatinah. Kenangan masa lalu menghangatkan hatiku, membawa kembali ingatan akan cinta dan keindahan bersamanya.

Pengalaman Di SMA "X"
"Kemana anak itu pergi? " "Wah, ngga tahu yah, Vin. Ke kantin kali. " "Dasar tuh anak. " "Kenapa sih? " "Uang kantin dia korup semua. " "Hah? Berapa? " Dalam situasi ini, aku tidak ingin muncul untuk menghindari pertanyaan tentang uangku. Jadi, aku berjongkok di bawah jendela, sambil melihat sepeda-sepeda motor. "Ra. . " "Sssshhhh. . . ! " Hari menawarkan rokok. "Berapa pak? " "Empat Surya, satu Marlboro. " Aku ambil bungkusan itu dengan hati-hati. "Ray, Marlboronya buat siapa? " "Ssshhh! Ada deh. " "Raaaaaayyyy! " Sebuah kepala muncul, dan kami lari. Yono bahagia melihat bungkus rokok. "Jadi? " "Beres. Jangan khawatir. " "Bagus. " "Ada apa, Ray? " "Aku ingin ngomong sama kamu. " "Masalah apa? " "Bukan. " "Lalu? " Dia bingung.

Pengalaman Khristi Bersama Kelvin
Berikut ini adalah pengakuan dari seorang wanita yang saya kenal dari ruang chatting di internet. Ini adalah kisah tentang percakapan antara Jane dan Khristi mengenai rencana makan siang. Kelvin mengajak Khristi untuk makan siang bersamanya setelah mereka tidak bertemu selama dua tahun. Meskipun Khristi awalnya sibuk, Kelvin terus berusaha membujuknya hingga akhirnya ia setuju untuk bertemu. Dia mengatakan hanya punya waktu satu jam dan tidak ingin terlambat.

Si Perjaka Windhu
"Heehhh. . . ! " Windu menghela nafas panjang dan melangkah gontai di trotoar By-pass di depan Jayabaya. Langit semakin gelap, tersisa cahaya jingga di ufuk barat. Dia teringat kata-kata seorang wanita di panti pijat yang menyebabkannya merasa malu dan gugup. Tiba-tiba, ada suara aneh memanggilnya, membuatnya terkejut. Seorang wanita tinggi berdiri dekat halte, mengajaknya. Windu mempercepat langkahnya, merasa jengkel dan tertawa terbahak-bahak. Pikiran akan panti pijat kembali menghantuinya.

Cerita Cinta
Cerita ini dimulai ketika saya bertemu dengan seorang gadis cantik yang mengikuti pelatihan di hotel tempat saya bekerja. Sebagai supervisor, saya diberi tugas untuk membimbingnya. Gadis ini menarik perhatian saya karena penampilannya yang manis dan muda, baru berusia 17 tahun. Bimbingan saya menjadi terlalu dekat, dan akhirnya, saya berhasil merebut hatinya. Suatu hari, orangtuanya pergi dan menitipkan dia dan kakaknya kepada saya. Malam itu, saya menginap di rumahnya, dan kami berdua mulai berbincang, lalu berlanjut ke momen romantis.

Cinta, Seks dan Hasrat
Surabaya, 1998. Aku merasa sendiri setelah baru saja berpisah dengan gadis yang sangat kusayangi. Perpisahan ini membuatku sakit hati, dan hari-hari terasa berat tanpanya. Aku sering menelepon Enni, kekasih pertamaku, untuk berbagi rasa kesepian. Suatu hari, aku menghabiskan waktu di toko buku Gramedia, membaca komik Jepang. Saat itu, aku melihat seorang gadis muncul dari balik bukuku dan ternyata itu adalah Nia. Kami saling mengenali dan terkejut.